Sunday, January 29, 2012

menapaki mutiara salju

                                                Temple University, Philadelphia

Malam ini cerah dihiasi lampu jalan, dipenuhi putihnya salju. Area parkir dipenuhi mobil yang ditutupi butiran salju. Ranting pohon pun memutih bak berhias mutiara. Tiupan angin seakan tak berhenti menggelitik setiap inci tubuhku yang tak kututupi. Tiupannya sesekali memaksa menari tak keruan. Aku dicengkeram dingin dalam suhu minus. Kulihat lagi butiran-butiran salju yang trus menggodaku. Butir-butirnya sesekali melompat ke kepalaku, meninggalkan ranting pohon yang kering.

Jalan-jalan besar diselingi jalan-jalan besar lainnya tepat di atas jalan yang kupijak. Aku menelan ludah, seketika kusadar masih ada jalan lagi di bawah tanah yang kupijak. Bus yang mengantarkanku hingga ke Temple University Philadelphia membuka pintu sejarah bagiku di tempat bersejarah ini. Chirstianity dan perjuangan pendirian Grace Baptist Church yang dipimpin oleh Dr. Russel Conwel dimulai dari basement Conwell Baptist Temple. Gedung-gedung pencakar berhias lampu menghias kota Philly, ditimpali perumahan orang-orang kulit hitam yang melukiskan wajah keluarga mereka di setiap tembok luar rumah. Aku menyaksikan kasih dipaut dalam goresan artsitik. Sungguh kota ini kaya seni.

Bus mengantar retinaku menyaksikan tembok-tembok gedung universitas. Tembok yang tepinya didesain bak kastil. Kastil yang kusentuh hanya melalui film Hollywood. Kusaksikan bendera-bendera merah bertuliskan huruf T, simbol universitas berbaris menghias jalan. Bendera itu menari-nari ditiup semilir angin. Kadang berjingkrak. Melipat. Lalu sesekali membentangkan merahnya dengan utuh.

Anak-anak tupai melompat-lompat kegirangan. Berkelompok mencari rumah. melarikan diri dari cengkeraman dingin. Sementara kami tak hentinya berjalan dengan tawa yang terus membahana menyaksikan salju yang kami tapaki. Hingga tak sadar, sepatu yang kukenakan kini berubah warna, dari biru menjadi putih. Kurasa jari-jari kakiku kaku, memintaku untuk segera menghangatkannya. Tapi putih ini tak hentinya menarikku trus meninggalkan jejak menapaki kelembutannya. Sungguh, aku tak sadar aku sedang menjalani mimpi-mimpiku.

Terima kasih, tuhan.. atas segala keajaiban yang trus dituliskan untukku. Aku tak sabar menuliskan sederet keajaiban lainnya. Aku tak lagi menjelang mimpi. Aku sedang menjalani mimpi-mimpi itu.

                                     Park in Conwell Inn and Temple University

No comments:

Post a Comment